Siang
itu tepatnya hari jumat pada bulan Juli, aku berjalan-jalan ke kota.
Tepat pukul 11.30 waktu setempat, aku keluar dari istanaku yang megah,
berjalan menyusuri jalanan beraspal yang seakan indah oleh fatamorgana.
Genangan air yang ada di atas jalan beraspal, memberiku harapan fana
sehingga tanpa terasa aku telah berjalan cukup jauh dari istana megahku.
Siang
yang panas serta teriknya sang surya tanpa awan yang memayungiku serasa
membakar kulit hitamku. Memang secara nyata kulit yang hitam walaupun
tersengat seribu kali panasnya mentari siang itu, tida akan berpengaruh.
Kulit hitam tetaplah hitam, walau akhirnya kulitku akan bertambah hitam
pula karenanya.
Namun,
panasnya mentari di siang itu tetap membakar kulit hitamku. Terasa
panas di sekujur kulit yang tak tertutup sehelai kain yang melindung.
Peluh yang terus mengucur di sekujur tubuh menemani penuh canda kulitku
yang sedang terbakar sengatan mantari tengah hari. Keras mengalir
membelai kulit indahku. Serasa canda mereka terdengar hingga ujung dunia
yang tak terbatas.
Batinku
pun serasa bahagia melihat persahabatan yang terjalin antara kulit yang
terbakar dan peluh yang mengucur dari tubuhku. Keduanya saling mengisi
dan tak kan pernah terpisahan walau cinta antara keduanya dipisahkan.
Mereka selalu hidup berdampingan penuh bahagia dengan sejuta harapan
cinta yang selalu tertanam dalam benak mereka berdua. Keindahan
kebersamaan selalu terukir dalam prasasti keabadian yang takkan pernah
luntur oleh zaman.
Sesampai
di persimpangan jalan, aku berhenti sejenak. Aku lihat sebuah rumah
besar berdiri kokoh seakan menantang langit. Sebuah rumah megah dengan
pagar yang tinggi serta dua pintu pagar yang membatasi rumah dengan
jalanan didepannya. Sebuah pos jaga menemani pintu pagar yang indah
dengan ornament-ornamen khas keduniawian. Seakan pantas apabila disebut
sebagai sebuah rumah.
Di
pojok rumah di saping garasi, ku melihat wajah berseri-seri sang mawar
berduri menyaksikan dunia ini. Sembari bersandar di dalam sebuah pot
bunga berwarna putih yang terbuat dari batu marmer, serta pantulan
cahaya yang menyilaukan mata, menambah kecantikan sang mawar berduri.
Raga elegan sebuah mawar berduri hingga sang rumput keringpun terkesan
oleh raga elegan yang melekat dalam diri sang mawar berduri.
Bahkan
kuasa panas mentari di siang itu, tidak mampu menyentuh tubuh mawar
berduri yang dengan kokoh penuh wibawa. Sengatan mentari tak mampu
menjangkau aura batin sang mawar berduri. Atap rumah yang melindungi
sang mawar berduri memanglah kuat. Bagai perisai dalam medan perang yang
mampu menahan tombak walau ujung tombak kuat, lancip dan tajam. Benteng
yang melindungi mawar berduri dari hujan api dari langit.
Di
tengah kemegahan serta kuasanya, mawar berduri tetaplah mawar berduri.
Dalam sinar kemegahan, jiwa sang mawar berduri memberontak dan berteriak
dalam kesendirian. Menyaksikan sang waktu berparodi serta mendengar
denting jam lemari bernyanyi dalam kesunyian, membuat batin sang mawar
berduri kosong. Hampa menikmati hidup yang penuh keindahan dan cinta.
Keangkuhan
materi melahirkan kesunyian abadi. Kesendirian menjangkit dan menyakiti
nurani makhluk penciptanya. Gelapnya jalan ke depan membutakan nurani
hingga bumi menangis menyaksikannya.
Mawar
berduri hidup dalam lingkaran permainan sang waktu yang berputar. Namun
kuasanya tak mampu menjangkau persahabatan yang hidup liar di
sekitarnya. Tertutup oleh benteng pemisah, benteng yang telah
dibangunnya sendiri.
Tak
nampak aura keriangan dari diri sang mawar berduri. Satu daun jatuh,
sejuta daun jatuh, hingga penuh seisi pot bunga namun tak seorangpun
memungut daun jatuh itu. Tak ada sahabat lama, tak ada karib, serta tak
ada seorangpun mempedulikan.
Kini
mawar berduri telah layu. Hidup dalam pot bunga yang kumuh. Hanya sesal
akan waktu yang terbuang oleh kecantikan materi. Sendiri dalam gelapnya
alam raya.
Beberapa
saat aku lanjutkan perjalanan ke kota. Di bawah teriknya hari waktu
itu, pikiranku tiba-tiba dipenuhi akan pertanyaan-pertanyaan. Dari kedua
kejadian tadi, kejadian yang ku alami selama perjalanan saat ini.
= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = = =
© ZchelenK ==> 13 Juni 2007
0 komentar:
Posting Komentar