WELCOME to putradaribunda On Line

Terima kasih telah mengunjungi BLOG ini. Blog ini berisikan informasi yang sifatnya membangun dan jauh dari hal-hal berbau pornografi, karena blog ini mempunyai konsep edukasi.

About Me

Contact, personal information, education background, organizational background, working experiences, job skill, computer skill, hobbies.

Kamis, 27 September 2007

Kehidupan Remaja Di Ambang Bahaya

Manusia = binatang? Apakah itu mungkin? Hal ini mungkin saja terjadi. Walaupun secara teori-teori yang ada ini tak mungkin, namun secara realita (nyatanya bqt…) hal ini telah terjadi. Kenyataan yang terjadi sampai saat ini (2007), banyak banget fakta yang bilang “Manusia lebih rendah perilaku sosialnya daripada binatang”. Bahkan sifat manusia sekarang tidak lebih baik dari binatang alias liar.


Gimana hal ini bisa terjadi? Padahal secara derajad, manusia lebih beradap dari binatang. Pantaskah kita menyangkal kenyataan saat ini? Analogi yang paling simpel itu mungkin aja ada di sekitar kita, buat apa cari analogi yang jauh-jauh he….


Pernah dengar si Bechy? Si kucing imut yang ada di kostku? Pastinya belum pernah denger kan (kecuali temen-2ku yang biasa ke kost, itu lho yang warna putih abu-2, kayak anak SMA *ZK). Secara tak sengaja aku melihat ibunya (bahasa kerennya itu “Sang Induk”) mencarinya saat malam hari. Sepertinya gelisah saat mencari si Bechy. Saat itu si Bechy sedang bersamaku. Ibunya dengan sabarnya menunggu di depan pintu. Pernah juga aku memandikan si bechy di kamar mandi (taukan gimana kalo kucing di kasih mandi, me-ngeong gak karuan –Sorry gak bisa terjemahkan bahasanya- *ZK). Saat aku keluar, ibunya udah ada di depan pintu. Sifat keibuan yang masih mengkhawatirkan anaknya HEBAT...........


T’rus gimana yang terjadi dengan manusia sendiri (Aku, Kamu, Dia, Mereka, dll *ZK)? Lewat siaran media informasi (anggaplah aja media elektronik, media cetak serta media-media lain yang gak bisa ku sebutin satu-persatu) banyak terjadi kekerasan yang terjadi oleh orang tuanya. Baik kekerasan rumah tangganya sendiri maupun pada rumah tangga orang lain. Yang kayak gimana ya? Anggap aja culik anak orang, trus di bunuh secara mutilasi (dipotong-potong bagian tubuhnya) heee…eem See…reee…..em. Yang menjadi persoalan yang mengiris hati itu pembunuhan orang tua pada anaknya yang belum sempet lahir (anggaplah aborsi lah). Kok tega ya orang tua bunuh anaknya sendiri? Perasaan seumur hidup belum pernah aku denger kucing bunuh anaknya sendiri!!! Tapi ada kok binatang yang makan anaknya sendiri, kayak buaya. Tapi masalahnya kan ini soal kucing he… ga perlu dipikir soal buaya dech.


Kebanyakan sekarang ini, kasus aborsi banyak menimpa remaja. Kenapa yach…? TANYA KENAPA!!! Atau lagi musim berbuah he... mangga kale. Itupun nggak juga.


Mungkin aja karena pergaulan remaja masa kini yang cenderung bebas? Yach itu jawabnya. Kehidupan remaja sekarang telah jauh dari norma-norma yang ada dari nenek-moyang. Remaja banyak yang terbelenggu oleh kehidupan yang secara nyata telah berubah, kehidupan kini yang merupakan suatu permainan akhlak.


Di kota-kota besar (tapi jujur aja, sebenarnya sampe daerah-daerah pelosok kok, so... jangan marah ya klo daerahnya gak kesebut) seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Makassar, Balikpapan, banyak banget terjadi penyimpangan moral di kalangan remaja. Bukan hanya itu saja, yang sangat ironis terjadi pada daerah pusat pendidikan yang seharusnya sebagai pusat pabrik intelektual justru banyak terjadi pemerkosaan moral secara besar-besaran. Buku “sex in the kost” mengungkapkan bahwa 97,5% mahasiswi Yogyakarta hilang kegadisannya.

Hal ini terbukti banyaknya remaja terpelajar justru terjerumus pada kondisi seperti ini. Pada daerah yang kurang dari pengawasan orang tua (contoh aja yach, 1.Aku lagi kuliah, 2.Adekku lagi sekolah di luar daerah) remaja cenderung bersifat liar. Metode yang di pake untuk mencurahkan kasih sayang - kayak pacaran – sudah memakai metode yang berkembang saat ini. Hubungan yang seharusnya dilakukan setelah nikah, justru dilakukan lebih dahulu. ”kenthu dhisik, lagi rabi” (kawin dulu, baru nikah *ZK), itu kata yang lagi nge-tren sekarang ini, atau seperti yang dibilang Jamrud ”Bersenang-senang dahulu Bersakit-sakit kemudian” (sorry mas Aziz salah ketik nih). Hubungan seksual di kalangan remaja sudah menjadi suatu wacana yang umum di kalangan remaja itu sendiri, enggak ada tabu lagi kalo mau ucapin ”tii........ttttt yuk, tii........ttttt yuk, tii........ttttt tii........ttttt donk”.


Pada suasana yang lebih gemerlap lagi, kita kenal yang namanya seks instan, faster packet, atau istilah-istilah lainnya. ”Enggak perlu kita kenal, ”asal happy” itupun juga ada. Hubungan seksual ini enggak perlu kita lakuin sama orang yang kita kenal. Kelakuan yang belum seharusnya dilakukan, justru menjadi permainan yang kini udah se-level playstation. Woo...uuu...wooo.


Intip Kanan Kiri

Sekarang kita lihat di sekitar kita (kali ini bukan kucing lagi, tapi betul-2 manusia yang kurang beradap). Kita yang hidup di kalangan akademik, suasana intelektual pastinya dapat merasakan hal itu.


Pertama, beredarnya film porno secara bebas. Hampir di setiap komputer remaja (kebanyakan mahasiswa *ZK) selalu ada film porno. Situs-2 di internet yang menyajikan film-2 porno udah bukan lagi menjadi rahasia (Sorry aku ngga’ tulis alamatnya, entar kamu download di warnet terdekat he... *ZK), so sangat mudah buat dapet film-2 kayak gituan. Yang sungguh ironis, konsumen sekarang bukan hanya saja dari kalangan cowoknya, tapi cewek juga banyak yang gemar nonton film begituan. Hal ini secara langsung merangsang dan membuat penasaran tiap remaja untuk melakukan adegan seperti di dalam film tersebut.


Kedua, kita yang kini hidup jauh dari BONYOK (Bokap-Nyokap *ZK), seakan bebas berbuat apapun. Mau ini-itu udah ngga’ ada yang di takutin, biarpun mau jungkir balik, BONYOK juga ngga’ bakalan tau, so....... nyante aja dech, MUMPUNG!!!. Mau pacaran sampe telanjang, mau mabok sampe mutah pokoknya free aja (dari atas kan kita bahas masalah cowok-cewek, so ngga’ perlu pikir masalah mabok dulu *ZK).


Ketiga, model pacaran yang udah berubah ngikutin zaman. Pasmudadi (Pasangan Muda-Mudi *ZK) ala kost-2an emang beda cara pacarannya. ”Ngapel sore pulang malem menjelang pagi atau mungkin sampe’ pagi alias Nginep”, beda banget semasa sekolah (SD, SMP, SMA *ZK) jam 22.00, mata BONYOK udah ngga’ karuan. Kebanyakan remaja sekarang juga banyak yang nge-sex pra nikah. Karena kan lagi nge-trend. Bahkan dari SMA, aku udah nge-denger istilah ”Pacaran kok kampanye terus, kapan nyoblosnya”, bahasa motivasi yang salah. RUSAK...RUSAK...#$! #@^$@.


Zo... Apa yang terjadi ???


Remaja sekarang kebanyakan mau tahu enaknya aja tanpa mikirin sakitnya di belakang. Mereka cenderung buta oleh silaunya nafsu yang sungguh mengasikkan. Dan ironisnya, mereka sangat menikmati hal ini, dan bahkan dijadikan aktivitas yang dianggap tidak melanggar norma.


Akibat dari hubungan yang bebas, banyak remaja yang hamil di luar pernikahan. Sebanyak 60 persen aborsi yang terjadi di Indonesia dilakukan oleh remaja. kasus aborsi dilakukan karena alasan-alasan yang sifatnya untuk kepentingan diri sendiri seperti hamil pada pra nikah, takut tidak mampu membiayai, takut dikucilkan, malu atau gengsi. Di Indonesia, dari 2,5 juta kasus aborsi, dimana 1,5 juta di antaranya adalah aborsi yang dilakukan remaja.



”Tidak cukup sampai di situ, tentunya perilaku tersebut berkembang pada permasalahan lain, seperti HIV/AIDS dan aborsi. Ternyata HIV/AIDS tidak hanya menjangkit para pekerja seks komersial (PSK) saja, tetapi juga kalangan remaja, baik pelajar maupun mahasiswa.
Yayasan AIDS Indonesia (YAI) mengungkapkan bahwa 50% pengidap HIV/AIDS adalah usia produktif (15-29 tahun). Dipertegas dengan catatan Departemen Kesehatan (2006) bahwa sebagian besar pengidap HIV/AIDS adalah mahasiswa.

Hal di atas menandakan masih rusaknya moral remaja bangsa ini. Mungkin diantaranya termasuk kita ataupun teman terdekat kita.


So.... jangan heran kalo kita denger teman kita telat haid atau yang lebih naif untuk dibicarakan. Jangan takut juga kalo mungkin ada teman kamu minta tolong buat gugurin sang calon bayi. Karena sekarang tingkat hubungan seksual di kalanggan remaja udah tinggi. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat aborsi di tingkat remaja. Lengkap sudah penderitaan kita saat ini. Udah banyak penduduk indonesia, banyak lagi penambahan warga baru oleh remaja

Rabu, 19 September 2007

Salam Buat Engkau Sahabatku

”Hai … Gimana kabar kamu di sana???

Aku baik-baik saja di sini”


Sepenggal kata yang selalu ingin terucap, singkat tapi penuh makna

Kini hilang entah dimana

Di antara bisingnya kota yang merenggut kebersamaan kita dahulu

Di saat kita duduk di tepi jalan, tertawa dan bernyanyi bersama


Kawan, aku rindu pada keriangan kita

Kawan, aku rindu pada kebersamaan kita

Kawan, aku rindu pada canda-tawa kita


Aku kini jauh darimu, kawan

Namun jiwa ini terus bersama

Dalam setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun,

Ataukah sampai ku ”Lambaikan Tangan”

Mengucapkan selamat tinggal buat kehidupan ini


Salamku kangenku untukmu, kawan

Sabtu, 15 September 2007

Setengah Tiang

Hari ini, enam puluh dua tahun sudah kita merdeka

Bebas dari segala belenggu yang selalu menghantui ibuku

Setelah tiga ratus lima puluh tahun

Ibu pertiwi terkurung dalam bui penindasan

Menangis tersedu tersayat-sayat harga dirinya


Kepalaku menoleh ke kiri dan ke kanan, mataku memandang sejauh mata memandang

Ku saksikan kegembiraan bangsaku, seluruh bangsa Indonesia

Gapura-gapura berhias HUT ke-62, umbul-umbul yang terpasang di setiap teras rumah, dan bendera merah-putih menjulang tinggi kokoh menembus angkasa yang angkuh

Hingga tak dapat mataku melihat ruang kosong cerminan kesedihan kebebasan


Ku saksikan pula penguasa duduk di singgasana yang angkuh dan mewah

Para dayang dan abdi mengelilingi dan memuja sang raja sejagad

Gemerlap keriangan, jelas mengisi lubang-lubang kerapuhan

Dengan secangkir arak dan sepiring kue kemunafikan

Menambah sinar keangkuhan tiran


Tirai penindasan kini telah mengurung keadilan dalam negeriku

Negeri Uthopia kini telah berubah menjadi negeri yang tandus

Negeri yang tidak mengenal jati diri

Negeri yang tidak mengenal tujuan hidup


He. . . he. . . he. . .

Aku tertawa menggigit bibirku yang sakit

Perih menyaksikan kehidupan hari ini

Di tengah euforia keriangan masa lalu, hari kita merasakan kemenangan

Masih terdengar keras tangisan bayi merasakan haus dan lapar

Adik-adikku bernyanyi di jalan demi sebuah koin cepek-an

Ibu-ibuku memeras keringat untuk susu bayinya

Kakek-kakekku membanting tulang untuk sesuap kehidupan

Nenek-nenekku menambang rerumputan di pangkuan ibu pertiwi

Demi suatu masa depan yang tidak pasti


He. . . he. . . he. . .

Aku tertawa kembali, tertawa untuk kedua kalinya

Di hari yang keramat ini

Di hari yang suci ini

Di hari kita mengenang kebebasan abadi

Apakah kita harus menaikkan bendera tinggi menembus awan

Ataukah menaikkan bendera setengah tiang, menyaksikan ibu pertiwi yang sedang berduka


= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = =

© ZchelenK ==> 25 Juli 2007

Aku Menangis Untuk Negriku 3 Kali

Saat aku pertama dilahirkan dari rahim ibu

Adalah tangisan pertamaku

Saat menyaksikan alam liar yang akan aku jalani selama hidupku

Udara panas seakan menyengat kulitku yang halus dan putih

Membakar jiwa yang akan memulai perjalanan hidup

Perjalanan berliku yang akan aku alami


Aku menangis untuk kedua kalinya

Saat menyaksikan negriku, negri yang makmur

Dengan ribuan orang kelaparan

Di sudut-sudut kota, dan di desa nan sejuk

Perut buncit menghiasi keluguan anak-anak kecil

Saat bermain riang di pinggir kali yang kumuh

Tercemari oleh tangan-tangan penyembah harta

Sungguh ironis, namun inilah potret negriku saat ini


Aku menangis untuk negriku 3 kali

Tangisan yang cukup sedikit

Bila dibandingkan tangisan di luar sana

Tangisan seorang ibu pada anaknya

Tangisan seorang anak yang kelaparan

Serta tangis bayi, lapar dan haus akan arti hidup


Untuk terakhir kalinya aku akan menangis

Di saat aku meninggalkan dunia persinggahan ini

Untuk selama-lamanya

Masih kulihat negriku yang permai tiada berubah

Di tangan penguasa yang haus kedudukan serta kekuasaan

Yang akan mengantar negriku pada negri petaka

Rakyat kecil pada kesengsaraan

Pada strata yang s’makin jelas

Malam Buram Bintang

Aku bernyanyi dalam kesendirianku

Sambil mengingat kenangan bersama seorang sahabat

Kenangan yang cukup indah

Walau engkau kini telah pergi jauh

Ke suatu tempat yang takkan mungkin aku datangi

Untuk menjenguk seorang sahabat lamaku


Malam ini angkasa begitu buram

Langit masih enggan untuk meneteskan air matanya

Tanah tempat aku berpijak masih tampak kering

Mengharap hujan cepat turun dari langit

Hanya angin lalu-lalang melewati bumiku yang kosong


Aku memandang keluar lewat sebuah jendela di kamarku

Yang memang hanya ada satu buah

Sambil tersenyum sendiri mengingat masa laluku

Bersama sahabat-sahabatku yang kini tak ada di sampingku

Jauh di seberang lautan, membatasi jarak aku dan sahabatku

Tersenyum dalam kebosananku, tertawa dalam kesendirianku


Malam ini sangat lain bagiku

Pikiranku dipenuhi memori-memori lampau

Yang secara misterius menghampiri otakku yang kosong

Saat-saat aku merasakan wanginya duniaku

Terima kasih ku pada Malam Buram Bintang

Hingga aku mampu tersenyum untuk malam ini

Ingatlah aku kawan, seperti aku mengingatmu saat ini


= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = =

© ZchelenK ==> 24 Juni 2007

May,5,2007

Tak terasa malam ini

Malam minggu menghampiriku

Sekitar sepi dan sunyi

Setelah hujan menyirami bumiku

Menemani kesendirianku malam ini


Dengan sepuntung rokok di tangan kananku

Ku menulis dengan pena HI-TEC-C 0,3 ku

Meregangkan otak yang sedikit dipenuh dipenuhi rasa penat

Oleh hari-hariku yang penuh beban


Malam minggu malam yang panjang

Hal itu pula yang kurasakan saat ini

Bahkan denting suara jam dindingku

Terdengar jelas di kedua telingaku


Ku hanya mampu duduk di depan pintu

Memandangi keluar kostku yang dingin

Langit mendung, bintang yang buram, rembulanpun tak mampu bersinar

Inilah suasana malam ini menemaniku


= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = =

© ZchelenK ==> 13 Juni 2007

Kamis, 14 Juni 2007

Perjalanan Ke Kota (bag.2.End)

Akhirnya pada malam yang dingin, sampai juga perjalananku ke kota. Aku duduk di kursi taman yang panjang. Aku melihat di sekelilingku sembari meluruskan kaki. Lelah yang berlebih menbuat aku tak mampu tuk melangkah lagi. Dengan keringat yang masih enggan kering dari kulit hitamku ini.
Suasana khas kota yang hangar-bingarnya sangatlah terasa. Malam yang dingin terhangatkan oleh gemerlap kehidupan malam. Kesunyian dan kesepian terobati oleh canda-tawa gadis-gadis muda berpakaian setengah dada yang nampak serasi dengan setelan rok mininya. Berderet duduk di sepanjang taman kota dengan sinar lampu taman kota yang remang-remang, menambah bumbu kenikmatan nuansa kenikmatan malam.
Aku melihat sepasang kekasih bergandengan penuh kasih berjalan berdua kearah pohon yang rindang di ujung taman kota. Berdua bercerita serta tawa yang indah mendengung lirih di balik kesenyapan malam. Suasana rembulan yang ceria menambah kelembutan malam, terbungkus oleh halusinasi remaja masa kini. Perasaan yang satu, cinta yang satu, hingga jiwa yang satu.
Kusaksikan pula sebuah tempat hiburan yang cukup ramai. Nampak anak-anak remaja hingga yang telah separuh baya bercampur baur dalam keramaian malam. Berburu kesenangan serta kenikmatan setelah kepenatan yang telah menghampiri sepanjang hari. Kesenangan hingga kenikmatan sesaat untuk melupakan kepenatan masa lalu.
Di seberang jalan nampak berdiri kokoh beberapa gedung pertokoan yang menjulang tinggi. Dengan berbagai fasilitas yang serba canggih menghiasi gedung itu. Terlihat pula seorang perempuan menenteng bungkusan yang besar dengan tangan satunya menggandeng seoang bocah yang asyik makan coklat yang digenggamnya. Tampaklah sebuah keluarga yang bahagia.
Di sebelah kanan-kiri halte di depan taman, nampak ibu-ibu paruh baya sambil menggendong anaknya bekerja keras menjajakan jualannya pada pejalan kaki yang melewati di depannya. Dagangan mulai dari makanan kecil, gorengan, minuman, serta rokok yang terus ditawarkan pada pejalan kaki tanpa merasa putus asa. Tukang becak juga banyak ditemui di sekitar itu. Penarik becak itu menunggu penumpang sambil tidur-tiduran di becaknya. Wajah lelah keduanya nampak jelas pada raut muka mereka. Mata yang enggan terbuka adalah kawan diwaktu malam. Rasa lelah merupakan keluarga yang menemani tiap malam.
Sungguh indah dinamika yang terjadi di daerah perkotaan. Kesenjangan social yang cukup tinggi seakan tak terbatasi. Sangat nyata nampak perbedaan status yang berkembang di daerah perkotaan. Dalam arah sudut pandang mata yang sama, seakan pasti kita temui adanya perbedaan. Antara mereka-mereka kaum borjuis dengan mereka-mereka kaum prolentar.
Kerasnya hidup ini salah siapa? Aku sempat berkhayal dalam kesendirian, saat aku duduk sendiri di kursi taman. Seandainya negri tercintaku ini damai, tentram, dan sejahtera. Negri tanpa kesengsaraan, penderitaan, kelaparan, apalagi negriku yang subur ini sedang terbelenggu dalam penderitaan busung lapar (kurang gizi), hal yang sangat ironis bagi negriku. Kapan negriku kan menjadi negri yang kuimpikan?
= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = =
© ZchelenK ==> 13 Juni 2007

Perjalanan Ke Kota (bag.1)

Siang itu tepatnya hari jumat pada bulan Juli, aku berjalan-jalan ke kota. Tepat pukul 11.30 waktu setempat, aku keluar dari istanaku yang megah, berjalan menyusuri jalanan beraspal yang seakan indah oleh fatamorgana. Genangan air yang ada di atas jalan beraspal, memberiku harapan fana sehingga tanpa terasa aku telah berjalan cukup jauh dari istana megahku.
Siang yang panas serta teriknya sang surya tanpa awan yang memayungiku serasa membakar kulit hitamku. Memang secara nyata kulit yang hitam walaupun tersengat seribu kali panasnya mentari siang itu, tida akan berpengaruh. Kulit hitam tetaplah hitam, walau akhirnya kulitku akan bertambah hitam pula karenanya.
Namun, panasnya mentari di siang itu tetap membakar kulit hitamku. Terasa panas di sekujur kulit yang tak tertutup sehelai kain yang melindung. Peluh yang terus mengucur di sekujur tubuh menemani penuh canda kulitku yang sedang terbakar sengatan mantari tengah hari. Keras mengalir membelai kulit indahku. Serasa canda mereka terdengar hingga ujung dunia yang tak terbatas.
Batinku pun serasa bahagia melihat persahabatan yang terjalin antara kulit yang terbakar dan peluh yang mengucur dari tubuhku. Keduanya saling mengisi dan tak kan pernah terpisahan walau cinta antara keduanya dipisahkan. Mereka selalu hidup berdampingan penuh bahagia dengan sejuta harapan cinta yang selalu tertanam dalam benak mereka berdua. Keindahan kebersamaan selalu terukir dalam prasasti keabadian yang takkan pernah luntur oleh zaman.
Sesampai di persimpangan jalan, aku berhenti sejenak. Aku lihat sebuah rumah besar berdiri kokoh seakan menantang langit. Sebuah rumah megah dengan pagar yang tinggi serta dua pintu pagar yang membatasi rumah dengan jalanan didepannya. Sebuah pos jaga menemani pintu pagar yang indah dengan ornament-ornamen khas keduniawian. Seakan pantas apabila disebut sebagai sebuah rumah.
Di pojok rumah di saping garasi, ku melihat wajah berseri-seri sang mawar berduri menyaksikan dunia ini. Sembari bersandar di dalam sebuah pot bunga berwarna putih yang terbuat dari batu marmer, serta pantulan cahaya yang menyilaukan mata, menambah kecantikan sang mawar berduri. Raga elegan sebuah mawar berduri hingga sang rumput keringpun terkesan oleh raga elegan yang melekat dalam diri sang mawar berduri.
Bahkan kuasa panas mentari di siang itu, tidak mampu menyentuh tubuh mawar berduri yang dengan kokoh penuh wibawa. Sengatan mentari tak mampu menjangkau aura batin sang mawar berduri. Atap rumah yang melindungi sang mawar berduri memanglah kuat. Bagai perisai dalam medan perang yang mampu menahan tombak walau ujung tombak kuat, lancip dan tajam. Benteng yang melindungi mawar berduri dari hujan api dari langit.
Di tengah kemegahan serta kuasanya, mawar berduri tetaplah mawar berduri. Dalam sinar kemegahan, jiwa sang mawar berduri memberontak dan berteriak dalam kesendirian. Menyaksikan sang waktu berparodi serta mendengar denting jam lemari bernyanyi dalam kesunyian, membuat batin sang mawar berduri kosong. Hampa menikmati hidup yang penuh keindahan dan cinta.
Keangkuhan materi melahirkan kesunyian abadi. Kesendirian menjangkit dan menyakiti nurani makhluk penciptanya. Gelapnya jalan ke depan membutakan nurani hingga bumi menangis menyaksikannya.
Mawar berduri hidup dalam lingkaran permainan sang waktu yang berputar. Namun kuasanya tak mampu menjangkau persahabatan yang hidup liar di sekitarnya. Tertutup oleh benteng pemisah, benteng yang telah dibangunnya sendiri.
Tak nampak aura keriangan dari diri sang mawar berduri. Satu daun jatuh, sejuta daun jatuh, hingga penuh seisi pot bunga namun tak seorangpun memungut daun jatuh itu. Tak ada sahabat lama, tak ada karib, serta tak ada seorangpun mempedulikan.
Kini mawar berduri telah layu. Hidup dalam pot bunga yang kumuh. Hanya sesal akan waktu yang terbuang oleh kecantikan materi. Sendiri dalam gelapnya alam raya.
Beberapa saat aku lanjutkan perjalanan ke kota. Di bawah teriknya hari waktu itu, pikiranku tiba-tiba dipenuhi akan pertanyaan-pertanyaan. Dari kedua kejadian tadi, kejadian yang ku alami selama perjalanan saat ini.

= = = = = = = = = = / / / / / = = = = = = = = = = =
© ZchelenK ==> 13 Juni 2007