Ø Globalisasi, Apa sich ???
lobalisasi merupakan era pasar bebas.[1]. Sedangkan menurut definisi Bank Dunia, globalisasi adalah proses integrasi ekonomi dan masyarakat melalui arus informasi, ide, aktivitas, teknologi, barang, jasa, modal, dan manusia antarnegara.[2]
Globalisasi adalah perluasan hubungan ekonomi diantara negara–negara yang berbeda dalam membuat sebuah tatanan ekonomi dunia yang didalamnya terdapat ketergantungan satu sama lain di setiap bidang perekonomian nasionalnya. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan yang saling terikat antara negara yang satu dengan negara yang lain, maka diperlukan adanya pertukaran hasil-hasil produksi dari satu negara dengan negara lain. Oleh karenanya diadakan kebijakan-kebijakan untuk mempermudah dalam aktivitas-aktivitas tersebut.
Suatu hubungan antarnegara ini menjadikan suatu sistem yang cukup penting dalam melakukan pertukaran-pertukaran hasil produksi. Hasil produksi dari suatu negara yang surplus dapat didistribusikan ke negara lain yang mengalami minus ataupun sebaliknya. Hasil-hasil produksi ini dapat meliputi hasil produksi pabrik (elektronik, komputer, tekstil, mobil, etc), hasil produksi alam (beras, minyak bumi, batubara, kelapa sawit, ikan/daging, etc), ataupun modal.
Ø Gimana Model Pergerakan Globalisasi ini
Sistem “Globalisasi” ini ada kemiripan dengan sistem “Barter[3]” yang diterapkan oleh orang-orang pada zaman dahulu. Pada suatu negara yang mengalami surplus hasil produksi akan mencari negara yang dapat mencukupi minus pada negara tersebut untuk dilakukan kerjasama. Sebagai contoh saja, Rusia mempunyai persenjataan yang cukup canggih, namun negara ini mengalami minus beras. Sedangkan Indonesia dapat memenuhi kebutuhan beras yang ada di Rusia. Maka dilakukanlah kerjasama antara Rusia-Indonesia dengan melakukan barter antara “Pesawat=Beras”.
Pada hakekatnya, sistem globalisasi ini sangat menguntungkan. Namun pada pelaksanaannya, terjadi banyak ketimpangan serta banyak pihak yang memanfaatkan pengadaannya. Pertukaran yang kurang merata atas pemilik modal sangat mencolok dalam sistem ini. Dimana suatu negara yang mempunyai modal yang tinggi dapat menguasai serta menyetir (memobilisasi) arah gerak daripada sistem ini. Negara multinasional serta negara-negara berat cukup menguasai ekonomi dunia. Dan sangat jelas akibat yang muncul, mereka dapat menguasa perekonomian dunia yang mana kalangan negara multinasional serta negara-negara barat dapat bermain dalam sistem harga internasional.
Dengan adanya globalisasi, negara-negara multinasional maupun negara-negara barat dapat menggunakan tenaga kerja/buruh dari negara lain (negara berkembang maupun miskin) dengan gaji yang rendah. Hal ini bisa saja terjadi, karena kebutuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi negara-negara maju.
Tak bisa dipungkiri pula, negara sistem ekonomi kapital (modal) sangat berperan dalam adanya Globalisasi ini. Sejak awal dengang-dengung Globalisasi, telah dirancang segala persiapan yang mendukung. Lembaga-lembaga ekonomi (WTO, G8, IMF, dan Bank Dunia) yang pada awalnya didirikan untuk membantu kesulitan suatu negara, khususnya negara berkembang maupun negara miskin. Tapi pada kenyataannya, lembaga-lembaga ini justru menjerumuskan negara berkembang dan negara miskin semakin tenggelam. Semisal resep IMF dengan memberikan pinjaman pada suatu negara-negara berkembang, dimana secara tidak langsung, IMF ikut menentukan kebijakan pada suatu negara. Dengan tirai pengawasan terhadap dana yang telah dipinjamkan, mereka ikut menyetir kebijakan suatu negara.
Ø Pengaruh Globalisasi di Dunia
Secara global, dapat kita rasakan dampak-dampak yang terjadi akibat globalisasi ini. Dengan pemberian pinjaman kepada negara-negara berkembang, dimana suatu negara yang sedang dilanda oleh krisis, IMF menggunakan kebijakannya untuk membawa suatu negara pada dunia pasar bebas yang syarat akan liberalisme.
Resep IMF dan World Bank kepada negara-negara berkembang untuk bisa berpartisipasi dalam dan memetik untung dari integrasi global adalah privatisasi, liberalisasi pasar modal, penentuan harga yang murni berdasarkan kekuatan pasar, serta pengentasan kemiskinan. Keempat tahap ini dijadikan paket standar oleh IMF/Bank Dunia setiap kali memberi asistensi kepada negara-negara yang membutuhkan.[4]
Pengaruh pasar bebas ini, juga terjadi pada bangsa Indonesia, negeri yang merupakan salah satu negara peminjam IMF ini.
Ø Klo Indonesia, Siap ga’ trima tamu Spesial ini
Bagaimana menanggapi datangnya Globalisasi? Secara nyata kondisi Indonesia saat ini kurang siap, bahkan bisa dibilang belum siap. Kondisi negeri ini sendiri yang masih kacau belum bisa diatasi dengan baik.
Bencana banyak melanda bangsa Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini. Mulai dari bencana Tsunami Aceh di penghujung tahun 2004, diikuti bencana di Nias, Jogyakarta, G. Merapi, G. Kelud,dll merupakan salah-satu sederetan bencana yang menghantam bangsa ini. Belum usai permasalah ganti rugi ”Lumpur Lapindo” di kota Sidoarjo, sekarang dikejutkan oleh cuaca buruk yang melanda hampir seluruh negeri ini. Banjir akibat curah hujan yang tinggi, angin puting beliung, tanah longsor dan gelombang pasang, yang secara bertubi-tubi melanda negeri ini.
Angka kemiskinan di Indonesia bisa terbilang besar. Lebih dari 50% penduduk indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Hal utama yang menjadi permasalahan adalah masih kurang lapangan kerja yang tersedia. Masyarakat Indonesia masih banyak yang berstatus sebagai pengangguran. Angka pengangguranpun terbilang tinggi.
Dalam hal pendidikan nasional, tidak jauh beda dan hampir selaras dengan kondisi di atas. Masih banyak masyarakat indonesia yang belum mampu mengenyam pendidikan dengan wajar. Bahkan program pendidikan 9 tahun yang telah diprogramkan hanya merupakan pemanis bibir saat berkampanye saja. Masih terpenjarakannya hak warga negara untuk bersekolah yang bertentangan dengan salah satu tujuan dari bangsa ini yaitu ”mencerdaskan kehidupan bangsa”[5]. Program BHP semakin mencederai landasan dasar bangsa ini. Hal ini akan memunculkan asumsi bahwa yang berduit yang akan mampu mengenyam pendidikan.
Melihat kondisi ekonomi pasca krisis moneter (krismon) 10 tahun lalu, Indonesia seakan belum mampu bangun dari keterpurukan. Perekonomian Indonesia masih belum stabil sepenuhnya. Aset negara banyak yang dijual guna menutupi APBN, serta banyaknya industri kecil yang gulung-tikar (bangkrut). Keterikatan bangsa ini terhadap lembaga-lembaga ekonomi dunia menyebabkan bangsa ini terlambat untuk bangun. Kekurangberanian dalam mengeluarkan kebijakan karena adanya tekanan terhadap negeri ini. Hal ini sudah menjadi rahasia umum yang tidak perlu lagi dipertanyakan.
Indonesia sekarang mirip singa dalam kurungan, hanya mampu berjalan kanan-kiri tanpa mampu keluar dari kurungan. Sekeras dan sekuat apapun raungannya, tetap tidak mampu keluar. Apabila di beri makan, langsung terdiam dan lupa akan kerasnya raungannya.
Dengan masuknya globalisasi di Indonesia, akan semakin membunuh bangsa ini. Masyarakat akan semakin menderita dan hanya akan menjadi budak, susah untuk menjadi juragan di negeri sendiri. Investor dari luar akan mudah masuk dan akan menguasai semua sektor ekonomi yang ada di Indonesia. Barang-barang dari negara lain akan masuk tanpa bisa dikontrol oleh pemerintah, sedangkan barang hasil industri dalam negeri akan menjadi nomor ke sekian. Hal ini akan membunuh industri dalam negeri dan kita akan menjadi penonton setia lakaknya penonton sinetron di televisi.
Globalisasi akan menjadi momok yang lebih menyeramkan dibanding film Jailangkung ataupun yang sejenisnya. Hal ini akan menjadi malapetaka yang susah bagi kita untuk keluar dari kondisi ini. Di saat tujuan bangsa ini tidak mampu terlaksana, Demokrasi Pancasila bukan lagi menjadi landasan dasar bangsa ini, di saat masyarakat Indonesia akan menjadi pemeran figuran di negeri tempat dilahirkannya....
tolong kasih contoh karya tulis tentang globalisasi
BalasHapusbagus sekali membantu saya untuk mencari tau
BalasHapustentang globalisasi sekarang ini,,
terims...