Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena merupakan daerah pertemuan kekuatan yang berasal darat dan laut Perubahan ini dapat terjadi secara lambat hingga cepat tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan, dan sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Oleh karena itu didalam pengelolaan daerah pessisir diperlukan suatu kajian keruangan mengingat perubahan ini bervariasi antar suatu tempat dengan tempat lain.
Bentang alam pantai di kontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus menerus. Pada dasarnya dapat dikelompokkan dua macam aksi alamiah yaitu yang bersifat menghancurkan (abrasi) dan yang besifat membangun dengan cara pengendapan (sedimentasi).
Selanjutnya pengertian dari abrasi (pengikisan pantai) merupakan bagian dari gejala alam atau proses geologi. Dimana seiring perubahan iklim dan curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan gelombang dan arus semakin meningkat yang mengakibatkan abrasi pantai. Dimana abrasi atau pengikisan pantai merupakan proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak, abrasi biasanya disebut juga erosi pantai, namun manusia sering menyebut sebagai abrasi.
Gaya erosi yang bekerja di daerah pantai, terutama berasal dari gelombang laut, kemudian dibantu oleh arus laut, pasang surut, hembusan angin dan air hujan, disebut sebagai abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan erosi marine yaitu :
- Gelombang dan arus laut, merupakan faktor utama penyebab dari erosi marine, utamanya gelombang pada saat terjadi badai maupun tsunami.
Kenampakan gelombang sebelum sampai pada garis pantai
- Macam dan resistensi batuan, pada batuan yang mempunyai resistensi yang lemah, maka batuan ini akan lebih mudah terkikis. Hal ini dapat di lihat dari garis pantai yang berbeda.
- Kedalaman laut lepas pantai. Semakin dalam laut lepas pantai, maka kekuatan ombak yang di hasilkan akan semakin besar.
- Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak atau gelombang. Yang dimaksudkan di sini, tidak ada barrier atau pulau penghalang di depan pantai, sehingga kekuatan gelombang yang sampai pada pantai masih terlalu besar, yang di karenakan tidak ada penghalang yang meredam kekuatan gelombang.
- Sifat-sifat struktur dari batuan seperti arah banyaknya rekahan atau sesar. Pada batuan yang mempunyai rekahan, maka akan lebih tidak resisten dan lunak sehingga mudah terabrasi oleh kekuatan gelombang.
- Banyak sedikit dan besar kecilnya material pengikis yang diangkut oleh gelombang. Gelombang biasanya membawa material. Apabila material yang di bawa relatif besar, maka garis pantai, utamanya cliff (tebing) akan hancur oleh hantaman material yang dibawa oleh gelombang. Sedangkan gelombang yang tidak mengangkut material dapat mengikis batuan pada pantai , apalagi apabila gelombang membawa material.
Beberapa kenampakan hasil erosi pantai :
- Dataran abrasi, yaitu suatu dataran hasil pengendapan dari abrasi gelombang laut
- Geos, yaitu celah sempit dan dalam yang terdapat pada tepi pantai.
- Arch, yaitu lengkungan alamiah yang terbentuk sebagai akibat hempasan gelombang laut
- Stacks, yaitu lengkungan alamiah yang terpisah dari daratan karena runtuh
- Cave, yaitu gua pantai yang terbentuk karena hempasan gelombang laut yang menghantam.
Dataran Abrasi
Suatu dataran hasil abrasi gelombang laut, dimana daerah ini merupakan berada pada zona pengrusakan oleh gelombang laut. Pada daerah ini, material darat terkikis sehingga semakin lama, akan semakin berkurang. Hal ini menyebabkan adanya proses kemunduran garis pantai.
Rekontruksi kemunduran garis pantai akibat hembasan gelombang
Pada gambar diatas, dapat kita lihat bagaimana bahwa gelombang yang datang dapat menghancurkan batuan penyusun pantai. Pada gambar kita lihat ada 2 jenis sifat batuan, yaitu terdapat batuan yang lunak dan batuan yang resisten (Gb.a). Pada saat gelombang datang dari arah depan, batuan yang mempunyai tingkat resistensi yang lemah akan terkikis lebih dahulu. Pada fase ini, akan terbentuk suatu teluk pada pantai tersebut (Gb.b). Selanjutnya, setelah terbentuk teluk, maka terjadi gelombang refraksi, gelombang ini berbelok karena bentuk morfologi pantai yang berbeda apabila di bandingkan dengan kondisi awal (sebelum terbentuk teluk). Gelombang ini menghantam batuan yang lebih resisten, sehingga mengakibatkan batuan yang lebih resisten terkikis kuat (Gb.c). Selanjutkan akan menciptakan suatu garis pantai yang lurus, yang pada akhirnya telihat garis pantai yang mengalami kemunduran, sehingga berakibat perusakan daerah pantai dan berkurangnya daerah daratan (Gb.d).
- Arch dan Stack
Pasca terbentuknya teluk (Gb.a) yang terjadi akibat adanya abrasi gelombang, dimana batuan yang kurang resisten (soft rock) telah terabrasi terlebih dahulu, maka gelombang yang datang beserta pantulan menyebabkan adanya refraksi gelombang pada muka teluk. Hal ini menyebabkan terjadinya proses abrasi yang terjadi pada batuan yang resisten, yang berfungsi sebagai headland. Pada proses pengikisan (abrasi) ini, akan menghasilkan suatu lubang-lubang pada batuan yang terkena hantaman gelombang, baik pada pada batuan di teluk maupun headland (Gb.b). Pada headland, akan terjadi pengikisan pada dasar batuan yang mengalami kontak secara langsung dengan gelombang, sehingga akan menghasilkan suatu bentuk lubang dimana pada bagian atas masih menyambung dengan deratan. Hal ini menyerupai gapura-gapura, yang umumnya di sebut dengan “arch” (Gb.c). Apabila suatu saat, “arch” ini terpisah, karena rubuhnya permukaan yang di atas, akan membentu suatu “stack” dimana terpisahkan oleh lautan di sekitarnya.
Rekontruksi pembentukan arch dan stack pada pantai
“Arch” dan “Stack” biasa juga pada penyusun batuan telah mengalami proses pelemahan, seperti halnya, telah terjadi struktur geologi (kekar maupun sesar) pada daerah tersebut. Hal ini akan menyebabkan batuan ini cukup rapuh, sehingga akan lebih mudah terabrasi.
Penampakan Arch (a), Stack (b), dan cave atau gua (c)
Sedangkan cave atau gua terbentuk karena gelombang yang menghantam langsung pada daerah berupa tebing. Terjadi pada daerah antara pasang maksimum dan surut maksimum. Hal ini terjadi pada energi gelombang yang tinggi. Pasang maksimum akan menghasilkan top dari cave, sedangkan surut maksimum akan menghasilkan bottom cave. Proses ini yang pada akhirnya akan menghasilkan tebing mundur, karena pada saat terbentuk lubang (goa), dan batuan di atas telah melampau batas elastisitasnya, maka batuan ini akan tidak mampu menahan dan jatuh ke bawah (longsor). Pada (Gb.c) menunjukkan adanya kemunduran garis tebing, dimana tebing awal berada pada posisi “1”, dan sekarang berada pada posisi ke “3”.
0 komentar:
Posting Komentar